Bulan Agustus 2024 adalah bulan yang sangat monumental dan influential dalam perjalanan Godplant sebagai band. Setelah melewati hampir setengah dekade yang naik turun, akhirnya pada bulan ini Godplant berhasil melahirkan album kedua yang bertajuk ALJABAR. Setelah melewati proses diskusi yang cukup panjang, akhirnya lagu LARI ATAU MATI disepakati menjadi single pembuka jalan dari album baru yang berisi 9 track ini.
Melalui LARI ATAU MATI, pendengar diajak untuk mengalami secara langsung sebuah situasi mengancam nyawa secara riil. Dibuka dengan tempo yang cenderung menyeret, peristiwa horror, rusuh, dan kacau balau tergambar dengan nyata lewat beratnya gebukan drum Gicing, rhythm bass Bahrul yang powerful, serta distorsi gitar dari Oyoy yang agaknya mirip dengan jeritan ketakutan karena intimidasi yang ada di depan mata. Kegamblangan situasi ini semakin jelas melalui lirik apa-adanya dan paraunya teriakan Litong sang narrator.
Di tengah lagu, tempo tiba – tiba berubah cepat seiring meningkatnya degup jantung karena semua orang lari berhamburan menyelamatkan diri dari kejaran para pencabut nyawa. Tempo kemudian melambat lagi dan mengantar para pendengar kembali ke realitas suram-seram dimana banyak jiwa menjadi korban dari kekacauan yang terjadi. Pendeknya, single ini adalah medium storytelling yang membawa imajinasi pendengar menyelami kengerian dari sebuah bencana yang memberikan pilihan LARI ATAU MATI.
Artwork yang dibuat oleh Oldsunnnnn untuk single ini menggambarkan sosok setan yang sedang berlari dari lemparan dua buah benda yang mirip dengan gas air mata. Meskipun berwarna cerah dan menunjukan ekspresi yang jenaka, namun jelas dari gesturenya bahwa kondisinya sedang tidak baik – baik saja. Apakah ini penggambaran satire dari mereka yang menjadi korban dari sang pencabut nyawa, namun malahan dituduh sebagai setan yang menjadi penyebab di belakang kekacauan ini (baca: didemonisasikan)?
Secara keseluruhan, interpretasi para pendengar dari LARI ATAU MATI tetap memainkan peranan paling penting. Single ini bisa menjadi sebuah protest song terhadap tindakan opresif dari pelaku kekejaman yang mencoba untuk menyucikan diri dengan memberikan label “oknum” dan menyalahkan alam sebagai faktor utama dari bencana yang terjadi. Single ini dapat juga dimaknai sebagai advokasi simpatik kepada para korban (sebenarnya) yang minim mendapatkan perlindungan, pengawalan, dan pembelaan dari otoritas.
Single ini juga bisa menjadi pengingat peristiwa tragedi olahraga terbesar kedua sepanjang sejarah dan memakan korban ratusan jiwa tua- muda, pria-wanita. Yang jelas bagi Godplant, single ini adalah sebuah cerita yang bebas untuk dimaknai oleh para pendengarnya.
Please choose one of our links :