Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Danau Tonle Sap

Menghabiskan waktu libur di Kamboja rasanya kurang lengkap kalau belum berkunjung danau air tawar paling besar di Asia Tenggara, yaitu Danau Tonle Sap. Meski disebut yang terbesar namun ukuran danau ini berubah-ubah tergantung musim.

Saat musim hujan dari bulan Juni sampai Oktober, kedalaman Danau Tonle Sap mencapai 14 meter dengan luas permukaan 10.000 kilometer dan diisi oleh air yang mengalir dari Mekong.

Sedangkan di musim Kemarau mulai dari bulan November sampai Mei, kedalamannya berkurang hingga mencapai dua meter dan luasnya hanya 3.000 kilometer. Pada musim ini, air mengalir dari Danau ke Mekong.

Selain air yang mengalir masuk dan keluar, Danau Tonle Sap memiliki daya tarik lain yang sayang banget kalau dilewatkan, yaitu Desa Terapung Tonle Sap.

Hal unik yang ada di Tonle Sap

Image source: instagram.com/agatylla

Yup, seperti namanya, Danau Tonle Sap menjadi rumah bagi ribuan orang yang tinggal di desa terapung. Mereka adalah imigran dari Vietnam yang sudah tinggal di Kamboja sejak empat generasi.

Untuk sampai ke desa terapung, lo harus membeli tiket perjalanan pulang pergi dengan perahu yang dibanderol dengan harga 20 dolar per orang. Kapasitas perahu yang tersedia bervariasi, tergantung ukuran dan jumlah penumpangnya.

Setelah sampai di tujuan, lo akan merasakan satu pengalaman unik yang nggak akan bisa terlupakan sampai kapanpun: hidup dan melakukan kegiatan di atas perahu. Selama empat generasi masyarakat desa terapung berkegiatan di atas perahu yang mengalir di Danau Tonle Sap ini.

Ironisnya, meski sebagian besar dari mereka lahir dan besar di Kamboja, akan tetapi nggak semua orang punya identitas resmi yang membuktikan kewarganegaraan mereka. Akibatnya, mereka nggak bisa memiliki tanah karena nggak diizinkan oleh undang-undang.

Nggak hanya itu, mereka yang bukan warga Kamboja kesulitan mendapatkan akses pendidikan atau pekerjaan yang baik. Akhirnya, satu-satunya cara buat bertahan hidup adalah bergantung pada hasil alam yang ada di Danau Tonle Sap.

Hidup di atas air

 

Image source: instagram.com/anton.zauner

Jadi selama beberapa dekade, masyarakat di desa terapung Donle Sap sudah beradaptasi dan mengembangkan cara hidup yang sesuai dengan ekosistem danau terbesar di Asia Tenggara ini.

Dengan kata lain, desa yang ada di danau ini nggak jauh berbeda dengan desa pada umumnya, hanya saja mereka hidup di atas air. Rumah-rumahnya pun terbuat dari bambu yang berlabuh di dasar danau.

Karena itu, jangan kaget kalau lo menemukan bangunan fasilitas umum seperti gereja, rumah sakit, biara, kantor polisi, restoran, bengkel perahu, toko kelontong, atau yang lainnya.

Hampir semua penduduk desa terapung mahir menggunakan perahu karena ini adalah satu-satunya mode transportasi yang ada di Tonle Sap. Selain itu, mereka juga menjadikan hal-hal yang berhubungan dengan penangkapan ikan sebagai mata pencaharian utama.

Misalnya seperti menangkap ikan, mengeringkan udang atau ikan, hingga berjualan hasil tangkapan di pasar. Dari sekian banyak desa terapung di Tonle Sap, hanya beberapa saja yang bisa dan mudah dikunjungi oleh wisatawan.

Sayang sekali, beberapa destinasi wisata populer di desa terapung dikelola oleh perusahaan yang menipu dan mengorbankan pengunjung serta penduduk desa. Akibatnya, masyarakat desa nggak bisa mendapatkan keuntungan dari sektor pariwisatanya.

Nggak hanya itu, beberapa wisatawan mengaku terpaksa harus membeli barang yang harganya sangat mahal untuk disumbangkan ke anak-anak desa. Mirisnya lagi, anak-anak desa nggak pernah menerima barang yang disumbangkan oleh wisatawan.

Dengan kata lain, lo harus lebih hati-hati saat akan membeli barang atau membantu masyarakat desa. Kalau perlu, lo bisa memberikan bantuannya secara langsung.

 

ARTICLE TERKINI

Tags:

#Beginner #Solo Travelling #Urban Places #Urban Action

Article Category : Places & Gears

Article Date : 26/12/2022

Superadventure
Admin Adventure
Superadventure
Admin Adventure
Penulis artikel petualangan outdoor dan ekstrem yang bawain kisah mendaki tebing, arung jeram, sampai menjelajah jalur off-road. Buat gue, petualangan itu lebih dari sekadar jalan-jalan, ini soal uji mental dan fisik. Tiap cerita gue kemas biar Superfriends kebawa sensasinya. Gue pengen lo yang baca ngerasa termotivasi buat keluar dari zona nyaman. Kalau lo suka tantangan alam, artikel di sini bakal bikin lo pengen langsung berangkat.

Source:https://blora.pikiran-rakyat.com/international/pr-2095804263/mengenal-desa-terapung-di-danau-tonle-sap-penduduknya-tidak-pernah-melihat-daratan

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Places & Gears

4 Gunung dengan Simaksi Termahal di Jawa Barat

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Places & Gears

Pendaki Sampai Kaget, Ini Gunung Paling Bersih di Indonesia

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Places & Gears

3 Gunung Paling Berbahaya di Indonesia

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
Places & Gears

Perbedaan Gunung Vulkanik Dan Non Vulkanik

Read to Get 5 Points
image arrow
1 /

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive