Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Ilustrasi dark tourism. Image: Wikipedia

Traveling ke wisata alam atau taman hiburan sih udah biasa. Nah, kalau berwisata ke tempat yang erat kaitannya sama sejarah kelam, udah pernah coba belum?

 

Adalah dark tourism atau wisata gelap. Konsep traveling ini merujuk pada aktivitas mengunjungi tempat yang pernah jadi lokasi peristiwa kelam dalam sejarah, seperti bencana alam, perang, hingga pembunuhan, baik yang alami maupun yang nggak sengaja terbentuk. Istilah ini pertama kali diciptakan oleh J. John Lennon, professor pariwisata di Glasgow Caledonian University bersama rekannya, Malcolm Foley, pada tahun 1996.

 

Lantas, kenapa ya ada orang yang tertarik melakukan dark tourism? Apaka aktivitas tersebut cukup etis buat dilakukan? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini, Superfriends.

 

Kenapa Dark Tourism Populer dan Punya Banyak Peminat?

Ilustrasi dark tourism
Image: Wikipedia

Dark tourism dikenal juga dengan istilah black tourism (wisata hitam), thanatourism, dan grief tourism (wisata duka). Menurut Lennon, dark tourism sebenarnya bukan hal baru di dunia wisata. Dalam makalahnya yang ditulis tahun 2017, ia menjelaskan kalau orang-orang saat ini mulai tertarik untuk traveling ke tempat-tempat yang berhubungan dengan kematian, bencana, penderitaan, kekerasan, dan pembunuhan.

 

Bahkan, sejak zaman Romawi kuno, konsep dark tourism udah terbentuk di masyarakat. Misalnya, orang-orang tertarik buat menyaksikan pertarungan gladiator dan eksekusi pelaku kejahatan di depan publik. Hal ini seakan menunjukkan kalau kematian jadi daya tarik tersendiri di masyarakat. Serem nggak, sih?

 

Walaupun menyimpan catatan kelam, dark tourism mewakili sejarah penting di dunia. Misalnya, Chernobyl di Ukraina yang jadi lokasi bencana nuklir terburuk di dunia dan mengakibatkan ribuan kematian pada tahun 1986. Tempat tersebut akhirnya ditetapkan sebagai objek wisata resmi di Ukraina sejak tahun 2002.

 

Di Indonesia juga ada beberapa destinasi wisata yang punya konsep dark tourism. Misalnya, Museum Tsunami Aceh yang berisi nama-nama korban bencana tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Ada juga Museum Sisa Hartaku di kaki Gunung Merapi, Yogyakarta, yang menampilkan harta bedan korbal erupsi Gunung Merapi pada 5 November 2010.

 

Dark Tourism Etis Nggak Ya?

Ilustrasi dark tourism
Image: Wikipedia

Walaupun banyak peminatnya, dark tourism juga menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat, lho. Salah satunya aktivitas ini dianggap kurang etis karena mengunjungi lokasi bencana alam dan tragedi yang menyedihkan.

 

Secara umumnya, sebenarnya sah-sah aja kalau lo mau mencoba dark tourism dan mengunjungi tempat-tempat dengan catatan kelam, Superfriends. Aktivitas ini justru bisa jadi sarana buat belajar sejarah dan memberikan penghormatan pada para korban. Selain itu, lo juga bisa belajar agar kejadian tersebut nggak terjadi lagi.

 

Kalau lo mau mengabadikan pengalaman lo lewat foto atau video, pastikan dulu apakah hal tersebut diizinkan atau nggak. Lo juga harus bijak dalam mengunggah foto dan video tersebut ke media sosial untuk mencegah triggering dari pihak keluarga yang ditinggalkan.

 

Pernah mencoba dark tourism, Superfriends? (arpd)

ARTICLE TERKINI

Author : Admin Adventure

Article Date : 25/01/2024

Article Category : News

Tags:

#Trending #traveling #Wilderness

Source:The Week, World Nomads, Pina Travels

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
News

Solo Travelling ke 5 Negara Asia Ini, Penuh Petualangan Seru

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

5 Aplikasi Olahraga Terbaik untuk Track Aktivitas Adventure

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

5 Tas Ransel Pilihan untuk Aktivitas Sport dan Travelling

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

Curug Pangeran: Panduan Rute, Harga Masuk, dan Jam Buka Terbaru

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

Curug Cipanas: Rute Perjalanan, Harga Masuk, dan Jam Buka

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

5 Tempat Wisata Gunung Kidul: Destinasi Favorit Anak Muda

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

5 Spot Campervan Ground Terbaik di Indonesia

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

Tersesat di Gunung? Tenang, Ini Tips Buat Sinyal SOS!

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

5 Spot Sunrise Bali Terbaik, dari Gunung Hingga Pantai

Read to Get 5 Points
image arrow
image article
News

Curug Leuwi Hejo Bogor: Panduan Harga, Rute dan Jam Buka

Read to Get 5 Points
image arrow
1 /

Daftar dan Dapatkan Point Reward dari Superlive