Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Public Speaking, Seni Bicara dan Pengetahuan tentang Psikologi Massa untuk Vokalis

Author : Admin Music

Article Date : 13/12/2022

Article Category : Noize

Beberapa bulan lalu ramai berita tentang kerusuhan di berbagai pagelaran sampai-sampai berdampak pada diperketatnya perizinan untuk sebuah penyelenggaraan event. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah perizinan pagelaran musik yang notebene adalah gelaran yang kerap dikunjungi masyarakat. 

Tidak sedikit event yang direncankan jauh-jauh hari terpaksa dicabut izinnya karena berbagai macam aspek. Di antaranya soal pelanggaran karena "over-capacity" atau kapasitas yang tidak sesuai dengan jumlah tiket di tempat pertunjukan. Hal lainnya adalah tentang standar manajemen keamanan dan lain-lain. Ujung-ujungnya pagelaran musik itu harus menyelamatkan diri dari line up yang memiliki basis massa besar—terutama dengan karakter penonton yang agresif—yang menjurus kepada musik-musik bergenre keras.

Kebijakan ini merupakan sebuah tindakan pencegahan bagi pelaku bisnis pertunjukan maupun institusi terkait untuk menyelamatkan situasi agar tidak menjadi kebiasaan yang berlarut-larut. Semoga bukan sekadar larangan, tapi akan melahirkan sistem-sistem baru sebagai standar operasional yang jitu agar bisa diterima dan tidak merugikan semua pihak demi kebaikan industri musik tanah air.

Di luar konteks tersebut, saya ingin mengulas tentang apa saja yang menjadi faktor kelancaran sebuah pertunjukan, bukan hanya dilihat dari sisi penyelenggaraan saja, tetapi dari sisi musisi sebagai line up yang semestinya bisa berkontribusi lebih untuk mempunyai rasa bertanggung jawab atas penontonnya.

Seorang musisi atau sebuah band adalah figur bagi audiens karena merakalah yang menjadi pusat perhatian publik di sebuah pertunjukan. Keterlibatan emosional musisi atau sebuah band menjadi penting ketika mereka mempunyai rasa memiliki dalam event tersebut menjadi implementasi kepedulian terhadap industri musik itu sendiri. Pasalnya, industri ini adalah rumah bagi banyak insan kreatif di dalamya. Maka, musisi dan band mempunyai kontribusi besar untuk hal ini, bukan sekadar manggung, ramai, terima bayaran, terus pulang.

Lebih mengerucut lagi, kita juga akan bahas peran musisi di sebuah pertunjukan dari kompleksitas sebuah gelaran pertunjukan. Vokalis, secara khusus, memiliki otoritas untuk mengendalikan audiens pada sesi pertunjukan lewat apa yang disuarakannya.

Dalam komunikasi massa, yang medianya adalah pertunjukan, seorang vokalis butuh keahlian khusus di bidang public speaking dan pengetahuan dasar psikologi massa.

Apa Itu Public Speaking dan Psikologi Massa?

Public speaking adalah sebuah seni berkomunikasi yang dilakukan secara lisan untuk menyampaikan ide, gagasan, pesan, dan pendapat yang bertujuan menginformasikan, menghibur, mempengaruhi, dan dilakukan di depan audiens dengan metode dan struktur tertentu.

Sedangkan psikologi massa adalah ilmu yang mempelajari perilaku sekumpulan atau sekelompok orang dalam situasi tertentu dengan tujuan yang sama. Hal ini merupakan perpaduan antara seni dan pengetahuan mengenai bagaimana seseorang mampu mengendalikan massa—yang dalam kasus ini—seorang vokalis dalam sebuah konser dengan kemampuan bicaranya.

Di ranah public speaking, ada beberapa metode yang efektif digunakan seorang frontliner atau vokalis. Metode itu adalah "impromtu style", sebuah metode yang bersifat dadakan dan cenderung spontan, sebuah metode yang paling sesuai dari sekian banyak metode public speaking seperti "manuscript style", "memorized style", dan "extempore style", yang lebih sering digunakan di ranah formal.

Metode impromtu style ini membutuhkan sebuah kepekaan terhadap situasi yang terjadi dan disampaikan secara lugas, persuasif, tepat, dan cepat, mengingat keterbatasan waktu berbicara. Pasalnya, berbicara bukanlah menjadi ‘main show’ sebuah pertunjukan musik. Namun, metode ini sangat penting untuk diperhatikan terkait dengan peran kontrol penampil terhadap prilaku penontonya.

Ada beberapa teknik yang harus diperhatikan seorang vokalis dalam "public speaking" yaitu:

  1. Atur nafas dengan baik 

    Aturlah nafas dengan baik, terutama setiap setelah membawakan lagu karena energi telah banyak tercurahkan. Lakukan dengan diam untuk membuat jeda sedikit waktu sambil mengatur nafas dengan tujuan menormalkan detak jantung.

  2. Atasi grogi dengan tepat

    Sejenak mengatur nafas dan normalkan detak jantung akan menimbulkam suasana rileks, atau dengan cara apa saja yang membuat kita lebih tenang.

  3. Bekali teknik vokal yang berkualitas

    Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

    • Cara melafalkan kata yang tepat
    • Pengucapan kalimat yang jelas
    • Tempo yang dinamis dalam berbicara
    • Volume suara 
    • Penekanan pada setiap kata yang diucapkan
    • Penguasaan tema sebaga materi apa yang disampaikan
  4. Perhatikan gestur atau bahasa tubuh dan mimik wajah, karena hal ini akan mendukung bagaimana kita berbicara.

Di balik itu, ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu melibatkan tujuan pada setiap apa yang akan disampaikan, sebagaimana teori public speaking yang memiliki tujuan:

  • Memberi motivasi
  • Menyampaikan informasi
  • Mengendalikan situasi
  • Mempengaruhi audien dan
  • Menghibur

Sampai di fase tujuan dari public speaking ini, maka kita perlu tahu tentang teori psikologi massa yang merupakan pengetahuan tentang perilaku kelompok manusia sebagai audiens sebuah konser. Massa adalah sekumpulan orang atau manusia yang berada dalam waktu dan tempat yang sama, mempunyai ketertarikan yang sama dan bersifat sementara. 

Massa adalah individu-individu yang mempunyai struktur pribadi yang terdiri dari Identitas, ego, dan super ego sebagai keseimbangan pengendali kejiwaanya masing-masing, yang dalam hal ini penonton konser masuk dalam kategori golongan ‘massa abstrak’, yaitu sekumpulan orang yang didorong oleh adanya persamaan minat, perhatian, kepentingan, dan tujuan yang tidak terstruktur dengan jelas dan tidak terorganisir.

Massa konser dibagi menjadi dua bagian yaitu:

  • Massa aktif (mob), yaitu kerumunan (crowd) yang menggunakan emosional untuk berperan aktif dalam suatu kegiatan bersama.
  • Massa pasif, yaitu audience yang hanya berperan sebagai penonton saja, tidak 
  • berperan aktif dalam suatu kegiatan bersama.

Kemudian kita akan melengkapi dengan apa itu yang disebut dengan sifat-sifat massa. Sifat-sifat massa adalah sekumpulan orang yang membentuk kerumunan (massa) memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah:

  • Impulsif, yaitu mudah memberikan respons terhadap segala sesuatu yang terjadi atau diterimanya.
  • Sugestibel, yaitu mudah menerima sugesti dari luar.
  • Cenderung tidak rasional dalam kondisi tertentu.
  • Mudah tersulut dengan hal yang emosional.
  • Adanya ‘social facilitation‘, yaitu suatu penguatan aktivitas yang disebabkan oleh karena adanya aktivitas individu lain.

Macam-macam Bentuk Perilaku Kolektif 

Psikologi massa akan selalu berhubungan dengan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang (prilaku massa). Terdapat beberapa teori yang menjelaskan kejadian perilaku massa, yaitu:

  • Social contagion theory (teori penularan sosial), menyebutkan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial massa.
  • Emergency norm theory, menyebutkan bahwa perilaku didasari oleh norma kelompok. 
  • Convergency theory, menyebutkan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu kejadian di mana ketika mereka berbagi pemikiran dalam menginterpretasikan suatu kejadian.
  • Deindivuation theory, menyebutkan bahwa ketika orang dalam kerumunan maka mereka akan menghilangkan jati dirinya dan kemudian menyatu dalam jiwa massa.
  • Fenomena kebersamaan tersebutlah yang kemudian dikenal sebagai perilaku kolektif (collective behavior). 

Dari perihal yang sepintas dijabarkan tersebut, bisa kita simak ada hal-hal penting yang harus kita pahami tentang apa yang kita hadapi. Bukanlah individu perorangan melainkan sebuah satu kesatuan massa yang harus diidentifikasi. 

Memisahkan identifikasi penggemar kalian sebagai massa aktif dengan penonton biasa atau penggemar line up lainnya sebagai massa pasif bertujuan untuk memahami karakter penonton kalian dan bagaimana kalian memperlakukan mereka sehingga kita bisa melakukan fungsi controling, khususnya dalam situasi-situasi genting untuk sebuah penyelamatan dan kelancaran sebuah pagelaran.

Kembali ke public speaking, biasanya kemampuan ini dimiliki oleh seorang musisi atau vokalis dengan cara "otodidak". Kemampuan ini diperoleh dari penglaman-pengalaman dan jam terbang sebagai penonton konser sekaligus pengalaman sebagai line-up sebuah konser.

Seperti dari sekian banyak artis tentang bagaimana Erix Soekamti (Endank Soekamti) manghalau preman di tengah massa ‘Kamtis Family’, atau Bimbim Slank (Slank) seorang drumer yang notebene bukan di posisi frontline berhasil menenangkan beberapa konsernya yang ricuh dengan cara berbicaranya yang khas, dan masih banyak pengalaman serupa oleh musisi besar lainya. 

Hal ini tidak menutup kemungkinan tidak hanya dari faktor teknik dan pengetahuan saja, tetapi juga dari faktor aura panggung seorang musisi yang memang telah terasah dengan sendirinya seiring waktu jam terbangnya.

Demikian tulisan ringan yang sedikit mendalam ini disampaikan, semoga menjadi pelengkap pengetahuan bagi para musisi, khususnya musisi Generasi Z yang mungkin tiba-tiba viral, terkenal, dan harus menghadapi festival atau konser dengan massa yang besar.

Image source; Shutterstock

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

#arief blingsatan #Public Speaking #Psikologi Massa #vokalis #pertunjukan musik

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /