Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Author :

Article Date : 28/11/2016

Article Category : Noize

Okey, mungkin sebagian besar dari kalian kenal saya sebagai vokalis/bassis Kelompok Penerbang Roket. Tapi sosok John Paul Patton sang musisi tidak akan menjadi seperti sekarang jika tidak melewati berbagai proses panjang sebelumnya.

Di dalam bermusik, pasti ada proses kreatif – proses yang terbangun oleh berbagai hal, salah satunya oleh inspirasi. Namun bukan hanya musik yang membutuhkan inspirasi, inspirasi sendiri bisa menjadi pendorong terbesar dalam terbentuknya karakter/kepribadian seorang musisi. Inspirasi yang datang dari sosok figur musisi pendahulu, berita atau suatu kejadian penting yang mengubah cara pandang seseorang.

Saya awalnya bermusik sejak kelas 4 SD. Ketertarikan yang muncul sejak mendengarkan track “Foxy Lady”-nya Jimi Hendrix. Berhubung masih kecil, jadi rada susah untuk memainkannya, hahaha. Sampai akhirnya saya melihat teman sebangku yang tiba-tiba jadi jago main gitar karena diajarin abangnya. Waktu itu dia mainin lagu Gigi yang “Hinakah”. Lebih tepatnya, mainin bassline lagu tersebut. Karena penasaran, akhirnya saya minta dia buat ngajarin, dan akhirnya bisa! Coba belajar sendiri, ngulik melodinya, dan akhirnya dari mencoba berbagai instrumen, akhirnya pilihan hati saya jatuh ke bass. Pilihan yang tidak saya sesali hingga sekarang. Singkat cerita, teman SD dan kejadian tersebut menjadi inspirasi saya saat itu.

Untuk musisi yang menginspirasi, ada banyak sekali. Melihat figur musisi jago mungkin bikin kita kebingungan mau ngikut yang mana. Tapi seperti memilih menu makanan di restoran, kita punya kemampuan buat memilah-milih mana yang bisa menjadi panutan serta menjadi penyemangat dalam bermusik. Salah satunya Paul McCartney dari band legendaris The Beatles. Mungkin cahaya Lennon bisa membutakan semua orang, tapi sebagai karakter McCartney jadi minyak buat membakar semangat saya. Mengingat dirinya memainkan bass sekaligus bernyanyi. Sudah pasti awalnya lumayan susah, membagi fokus antara senar bass dengan mengatur getaran pita suara. Tapi karena sering latihan dan enggak pernah menyerah, lama-lama terbiasa juga. Prinsipnya, ‘kalau Paul McCartney bisa, kenapa gua enggak?!’ Hahaha.

Selain sosok McCartney, tentu saja The Beatles secara keseluruhan juga menjadi faktor penting yang menginspirasi dalam bermusik. Saya rasa semua musisi harus dengerin semua materiThe Beatles - dari awal karir mereka dengan dandanan rapih hingga mereka berewokan gondrong. Setidaknya kita harus punya satu album favorit mereka yang bisa menjadi pedoman dalam mencari inspirasi. Yang saya pelajari dari The Beatles, musiknya kaya tekstur – serta condong rajin bereksperimen pada masanya. Mulai dari lagu pop sederhana dengan melodi yang super-catchy, sampai heavy psychedelic yang biasanya semakin ‘nendang’ kalau dinikmati sambil ‘terbang’. Esensi pop yang kuat serta attitude cuek inovatif yang ngebuat The Beatles menjadi band yang kaya warna, kaya karakter dan selalu ber-evolusi hingga akhir.

Kemudian ada sosok band The Who. Seperti dua kutub yang bertolak belakang, inspirasi saya yang satu ini berbeda dari The Beatles yang cool dan rapih. The Who lebih ‘slenge’an’, nyeleneh, suka-suka, liar dan panas. Melawan arus tren saat itu, di mana hampir semua band ingin menjadi the next Beatles. Salah satu kekuatan The Who ada di figur Pete Townsend, si pentolan yang sangat arogan di atas panggung. Bayangkan, dirinya sampai dicap sebagai perusak gitar dan ampli! Bahkan di awal tur di Amerika, The Who mengakui kalau mereka memiliki utang selangit dengan toko musik. Alasannya pasti sudah bisa ditebak: mereka kelewat sering menghancurkan gitar. Selain sosok Pete Townsend, figur Keith Moon yang eksentrik juga menginspirasi saya. Sama-sama gemar menghancurkan instrumen – drum untuk kasus Moon – image The Who yang arogan memberikan pelajaran kalau penonton suka dikejutkan dengan sesuatu yang unik, aksi yang mind blowing yang dijamin akan diingat para penonton aksi panggung seorang musisi.

Kembali ngomongin bass - selain McCartney, John Entwistle dari The Who bisa disandingkan dengan sosok bassis jawara mendunia lainnya. Mulai dari cara bermainnya yang progresif, suka bermain di nada tinggi, hingga suara bass yang terdengar tajam seperti gitar. Cara bermain yang menonjol jika dibandingkan bassis kebanyakan. Selain itu ada Roger Glover dari Deep Purple, lewat cara bermainnya yang simple dan dinamis. Permainan yang mengimbangi permainan Richie Blackmore dan John Lord, yang menurut saya sangat bijak dan menyempurnakan penampilan Deep Purple secara keseluruhan.

Yang tak kalah garang, figur John Paul Jones (foto atas - kiri) dari Led Zeppelin - mungkin karena itu nama saya serupa, hahaha. Lewat karakter kuat permainan bass Jones, warna blues dan soul yang dia mainkan lewat nada-nada mayor yang berani, dengan tegas memecah harmoni aransemen track-track andalan Led Zeppelin. Dari yang saya tangkap dan rasa, gaya permainan ini membuat Led Zeppelin terdengar kaya warna, suara, dan harmonisasi walau hanya diisi dengan tiga instrumen! Selain para bassis legendaris dari luar, sosok bassis band AKA yaitu Arthur Kaunang (foto atas kanan - ketiga dari kiri) juga ngebuat saya terkesima. Ngedengerin dan ngeliat caranya bermain, asik banget kayaknya.

Beberapa hal lain yang menjadi inspirasi saya ada di elemen musik Afrika. Pengaruh musik yang terkadang usil mainnya. Seperti akar bassline musik Afrika yang bisa didengar di genre musik reggae, dub, soul dan funk. Bassline-nya memberi pengaruh besar ke dunia musik. Seperti pas kita ngedengerin musik dub, hanya diisi dengan suara drum dan bass aja sudah asik bikin pingin bergoyang. Belum lagi African Rock yang kuat unsur funknya. Jelas ada banyak alasan kenapa saya suka banget sama unsur bass di musik Afrika.

Untuk masalah vokal, Eric Burdon dari The Animals langsung menjadi inspirasi buat saya karena gaya bernyanyinya yang seperti vokal African-American. Karakter kuat namun berbeda, yang ngebuat saya ingin bernyanyi sekencang-kencangnya.

Namanya juga inspirasi, bisa berubah seiring dengan perubahan waktu dan jaman. Tapi yang pasti kita jangan cepat puas diri, karena berbagai hal bisa menginspirasi kita dan ngebuat musik kita menjadi semakin kaya dan memperkuat karakter kita sebagai musisi –juga sebagai band. Nah, sejauh ini semua nama yang saya sebut dan kejadian yang diceritakan di atas bisa dianggap sebagai faktor penting yang memberi inspirasi besar. Selalu membuka telinga dan mata, apa yang kita dengar dari dulu hingga sekarang akan berpengaruh ke karya yang akan kita buat kelak. Kurang lebih ini saja yang bisa saya share di SuperMusicID, kali ini. Peace out!

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

#Kelompok Penerbang Roket

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /