Author :
Article Date : 26/09/2017
Article Category : Noize
Kalau membicarakan Dream Theater, saya pasti akan mulai dari awal saat saya menyukai band tersebut. Pertama kali menyukai Dream Theater ketika usia saya masih sekitar 14 tahun, saat masih SMP. Mungkin saya tidak terlalu ingat awalnya bagaimana, tapi pada waktu itu – saking sukanya, setiap ada kaset Dream Theater di toko kaset pasti langsung dibeli. Walaupun saat itu belum tahu urutan dari album-album band tersebut – karena sumber informasi tidak sebanyak seperti sekarang, namun saya masih ingat album yang pertama saya beli adalah album Awake.
Hal yang cukup menarik dari masa itu adalah saya sempat dianggap aneh sama teman-teman yang lain. Karena di sekolah memang saat itu lagi terserang demam britpop, dan mungkin saya satu-satunya anak di sekolah yang dengerin musik progressive metal. Jadi ya memang saya tidak punya teman untuk sekadar sharing tentang musik Dream Theater yang lagi saya dengar.
[bacajuga]
Sampai akhirnya ketika SMA. Saya kebetulan sebangku dengan drummer yang kebetulan juga sama-sama suka Dream Theater, meskipun awalnya kita sama-sama gak tahu kalau ternyata kita sama-sama suka Dream Theater. Saat itu saya yang memang belum punya gitar elektrik tertarik untuk main ke rumah teman saya itu karena dia punya studio musik di rumah.
Saya masih ingat ketika si Tokes (panggilan teman saya tersebut) tiba-tiba solo drum dan memang keren banget mainnya, karena doi memang murid dari Richard Mutter (drummer PAS Band). Dan saya juga ingat lagu jamming pertama kita adalah lagu “Erotomania” dari Dream Theater. Baru saat itulah kita jadi sama-sama tahu kalau kita memang menyukai band yang sama hehe. Meskipun cuma berdua (gitar & drum) tapi tetap aja seru untuk nge-jam bawain lagu tersebut, sampai akhirnya project kita memang khusus bawain lagu-lagunya Dream Theater dan juga Pantera.
Sebagaimana teman-teman tahu, khususnya teman-teman gitaris, nama John Petrucci pasti sudah tidak usah dipertanyakan lagi. Karena memang orang itu dan band tersebutlah yang menjembatani saya untuk menyukai musik progressive, mulai dari yang ‘nyaman’ di telinga sampai yang super aneh. Sampai-sampai dulu saya malah dibilang sebagai gitaris progressive sama teman-teman di Burgerkill, bukan gitaris metal. Malahan karena image saya dulu adalah gitaris progressive, sampai ada teman saya yang ngasih saya beberapa CD musik progressive hehe.
Sedikit lucu, karena pada masa itu orang lebih kenal saya sebagai gitaris pencinta musik-musik progressive. Jadi kalau ada teman yang menceritakan ke temannya lagi tentang saya pada masa itu, "Eh, gue ada temen juga tuh, gitaris musik-musik progresive juga, namanya Agung... Lo suka musik progressive juga kan."
Tidak hanya menginspirasi saya secara musikalitas, tetapi juga dari segi kehidupan sosial saya pribadi. Musik ini telah membantu saya untuk mengembangkan networking saya. Karenanya saya jadi punya kesempatan untuk mengenal lebih banyak orang dari lingkungan yang cukup signifikan. Dan kalau dari segi musikalitas, well, we know.. it's Dream Theater, dude!!
*Foto cover oleh Anggra Bagja
Please choose one of our links :